Lambang Nahdhatul Ulama Jadi Bahan Ejekan, Aktivis NU Soroti Kepemimpinan Gus Yahya

Jakarta – Lambang Nahdhatul Ulama (NU) menjadi bahan ejekan setelah muncul wacana bahwa ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut bakal mengelola tambang. Fenomena ini memicu reaksi dari berbagai kalangan, termasuk dari internal NU sendiri.

Menurut aktivis NU, Roy Murtadho, kegagalan pimpinan dalam menjaga marwah organisasi menjadi penyebab utama lambang NU dijadikan bahan ejekan. Roy, yang juga merupakan Koordinator Nasional Front Nahdiyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA), menyebut sosok yang harus bertanggung jawab atas kejadian ini.

Hal tersebut disampaikan Roy melalui cuitan di akun X miliknya pada Senin, (17/6/2024).

“Siapa yang harus tanggungjawab lambang NU dibuat bahan ejekan,” tulis Roy Murtadho, Rabu (19/6/2024).

Perubahan pada lambang NU ini pertama kali beredar di berbagai platform media sosial, menunjukkan lambang yang telah diedit. Background yang biasanya didominasi warna hijau dengan lambang bola dunia diubah menjadi warna merah. Tulisan NU diubah menjadi UN dengan narasi “Ulama Nambang.” Sementara itu, lambang bola dunia dihilangkan dan diganti dengan gambar ekskavator.

“Viral logo NU diedit dari NU alias Nahdhatul Ulama menjadi UN alias Ulama Nambang,” tulis @hipohan dalam cuitannya. “Sementara bintang-bintangnya diganti dengan Rp, lalu bola dunia diubah menjadi ekskavator,” sambungnya.

Roy Murtadho menyoroti peran elit PBNU dalam isu ini. Ia menilai bahwa elit PBNU, terutama Gus Yahya, menjauh dari umat dan lebih memilih berfokus pada kepentingan umara (pemerintah).

“Siapa yang salah, ya elit PBNU lah, kenapa malah menjauh dari umat dan memilih umara,” ucap Roy.

Roy menegaskan bahwa Gus Yahya adalah sosok yang paling bertanggung jawab terkait hal ini.

“Tak ada yang lain selain Gus Yahya, NU jadi bulan-bulanan ejekan netizen karena kegagalan kepemimpinan Gus Yahya dalam menjaga marwah NU,” ujarnya.

Insiden ini menunjukkan betapa pentingnya peran kepemimpinan dalam menjaga integritas dan marwah organisasi, terutama dalam menghadapi berbagai tantangan dan kritik dari masyarakat. (Jefri Candra)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *