Kegiatan belajar mengajar secara tatap muka akan kembali dimulai di setiap sekolah pada Januari 2021 mendatang, tak terkecuali di Kabupaten Bekasi. Para siswa akan belajar di sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan selama proses kegiatan belajar berlangsung.
Pada awalnya, wali murid khawatir anak mereka terpapar covid-19 jika prasarana dan sarana kesehatan di sekolah belum menunjang dan belum dipersiapkan. Akan tetapi kekhawatiran itu telah tiada karena Pemkab Bekasi membuat sarana penunjang dalam kegiatan belajar tatap muka nanti.
Fasilitas penunjang itu adalah pembuatan wastafel, sarana sanitasi, serta mandi cuci kakus (MCK) baru di depan tiap ruang kelas dan ruang guru di 488 SD dan SMP se-Kabupaten Bekasi.
Salah seorang Wali Murid SDN Wanasari 14, Wahyu Adam, mengapresiasi hal tersebut. Dia mengaku lega begitu mengetahui Pemkab Bekasi menyiapkan sarana baru.
“Alhamdulillah saya bersyukur ada sarana baru. Yang saya lihat di situ ada tempat cuci tangan di tiap kelas, terus di WC juga ada,” ucap dia, Senin (14/12/2020)
Dia berharap dengan sarana baru itu, ditambah dengan 3M, anaknya dan murid-murid lain serta para guru bisa terbebas dari covid-19.
“Sarana sudah disiapkan pemerintah. Kita bersyukur. Tinggal nanti menjaga dari sisi 3M saja. Saya juga selalu ajarkan anak soal 3M kalau nanti sudah masuk sekolah. Apa yang boleh dan tidak boleh, supaya terhindar dari covid-19,” katanya.
Selama pembelajaran secara online, Wahyu mengatakan kurang efektif dan juga membuat pengeluarannya bertambah untuk membeli kuota internet. Dalam sebulan dia harus merogoh kocek esktra sebesar Rp150 ribu per bulan mendukung pembelajaran daring anaknya. Apalagi saat pandemi dia mengalami pemotongan gaji 50 persen. Hal itu tentu memberatkannya.
“Apalagi karena belajar daring anak-anak jadi lebih banyak mainnya. Mereka jadinya susah bangun pagi. Gak terlalu efektif dalam menyerap pelajaran menurut saya sih. Memang kalau usia-usia SD lebih cocok belajar tatap muka,” keluhnya.
Sementara itu, tokoh pemuda Kabupaten Bekasi, Asep S. Anwar, turut mengapresiasi langkah pemerintah daerah yang mempersiapkan secara matang sarana sanitasi sebelum kegiatan belajar tatap muka berlangsung.
“Dalam keadaan new normal seperti ini pemerintah dapat tanggap dan menyiapkan. Kita selaku tokoh pemuda mengapresiasi hal ini. Semoga dengan sarana ini dapat meminimalisasi bahkan meniadakan covid-19 selama kegiatan belajar mengajar,” ucap dia.
Asep secara pribadi menyayangkan viralnya pembuatan sarana sanitasi jelang tatap muka itu di media. Apalagi pekerjaan itu masih berjalan dan masih menggunakan dana talangan kontraktor.
“Selama ini viral MCK adalah MCK yang masih dalam proses pembangunan, yang seakan-akan muncul opini WC yang tidak layak. Itu masih berjalan, berita acara dari kontraktor belum dibuat. Pemerintah belum bayar, nanti kan ada audit keuangan, pengecekan ini dan itu. Jadi sangat disayangkan,” kata dia.
Berdasarkan informasi yang didapat, proyek pembuatan sarana sanitasi pendukung new normal dibuat di 488 SD dan SMP se-Kabupaten Bekasi dengan total anggaran Rp98 miliar.
Sarana yang dibangun meliputi wastafel di tiap ruang kelas, MCK seluas 12,25 meter persegi, didukung dengan penyimpanan air berupa ground water tank dan water torn dengan kapasitas masing-masing 1.000 liter. Kemudian dibangun septic tank dengan teknologi biofilter, dan lainnya. (moz)